Rabu, 21 September 2011

Pesan Untuk Pejabat


PESAN UNTUK PEJABAT,...

Pesan-pesan Menggugah Untuk Para Penguasa...

Pejabat adalah pelayan rakyat, bukan tuan bagi rakyat; juga bukan pelayan bagi pemilik modal, apalagi pelayan pihak asing. Namun, realitanya menunjukkan sebaliknya. Banyak kepentingan dan kemaslahatan rakyat yang terabaikan atau sengaja diabaikan. Pelayanan dan pengurusan kepentingan rakyat sering hanya menjadi janji politik yang jauh dari realitanya; semata-mata untuk mempertahankan kekuasaan dan jabatan. Untuk itulah sudah selayaknya pemimpin/ pemerintah merenungkan pesan-pesan dari rasulullah berikut agar tidakcelaka dunia dan lebih-lebih akhirat kelak : Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana pernah dituturkan Aisyah r.a.: “Sesungguhnya celakanya umat- umat sebelum kalian karena jika orang mulia mereka mencuri, mereka membiarkannya; jika orang lemah mencuri, mereka menerapkan hukuman atasnya.” (HR at-Tirmidzi).
Rasulullah saw. bersabda: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR Abu Nu‘ aim). Karena itu, tugas pemimpin adalah melayani umat, yaitu memelihara segala urusan dan kemaslahatan mereka. Rasulullah saw. bersabda: “Seorang pemimpin (penguasa) adalah pemelihara; dia bertanggungjawab atas pemeliharaan mereka. (HR al-Bukhari). Rasulullah saw. juga mengingatkan: “Tidak seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk memelihara dan mengurusi kemaslahatan rakyat lalu dia tidak melingkupi rakyat dengan nasihat kecuali ia tidak akan mencium harumnya surga. (HR. Bukhari). “Sesungguhnya seburuk-buruk pemimpin adalah al-Hathamah (mereka yang menzalimi rakyatnya dan tidak menyayangi mereka). (HR. Muslim). "Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kalian cintai dan mencintai kalian, yang kalian doakan dan mereka mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian." (HR Muslim). Bahkan di hadapan Allah, pemimpin zalim yang dibenci rakyat seperti itu akan mendapat azab yang  sangat pedih. Rasulullah saw. bersabda:
»ِ َﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ﺎﺑﺍَﺬَﻋ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ ُّﺪَﺷَﺃ ُﻡﺎَﻣِﺇَﻭ ﺎَﻬَﺟْﻭَﺯ ْﺖَﺼَﻋ ﺓَﺃَﺮْﻣﺍ ِﻥﺎَﻨْﺛﺍ َﻥﻮُﻫِﺭﺎَﻛ ُﻪَﻟ ْﻢُﻫَﻭ ٍﻡْﻮَﻗ«
Manusia yang paling keras sisksaannya pada Hari Kiamat kelak ada dua: wanita yang bermaksiat terhadap suaminya dan pemimpin suatu kaum, sementara kaum itu membencinya. (HR at-Tirmidzi). Tidak kalah kerasnya adalah ancaman yang diberikan Allah kepada para pemimpin yang menilap harta rakyat. Rasulullah saw. bersabda:
»ﺔَّﻴِﻋَﺭ ُﻪﻠﻟﺍ ِﻪﻴِﻋْﺮَﺘْﺴَﻳ ٍﺪْﺒَﻋ ْﻦِﻣ ﺎَﻣ ِﻪِﺘَّﻴِﻋَﺮِﻟ ّﺵﺎَﻏ َﻮُﻫَﻭ ُﺕﻮُﻤَﻳ َﻡْﻮَﻳ ُﺕﻮُﻤَﻳ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﻠﻟﺍ َﻡَّﺮَﺣ َّﻻِﺇ«
Tidak seorang hamba pun yang diserahi Allah memelihara dan mengurus (kepentingan) rakyat meninggal, sementara ia menipu rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan atas dirinya surga. (HR Muslim, Ahmad, dan ad-Darimi). Termasuk penipuan adalah jika seorang pejabat mengambil harta di luar gajinya (dapat berupa hadiah, imbalan, apalagi hasil korupsi). Rasulullah saw. bersabda:
»ﺎَﻨَﻟ ْﻢُﻜْﻨِﻣ َﻞِّﻤُﻋ ْﻦَﻣ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ ﺎَﻤَﻓ ﺎﻄَﻴْﺨِﻣ ُﻪْﻨِﻣ ﺎَﻨَﻤَﺘَﻜَﻓ ٍﻞَﻤَﻋ ﻰَﻠَﻋ َﻡْﻮَﻳ ِﻪِﺑ ﻲِﺗْﺄَﻳ ّﻞُﻏ َﻮُﻬَﻓ ُﻪَﻗْﻮَﻓ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ«
Wahai manusia, siapa saja di antara kalian yang diangkat menjadi pegawai kami untuk melaksanakan suatu aktivitas, lalu ia menipu kami terhadap penghasilannya dengan indikator tertentu, maka (ketahuilah) sesungguhnya apa yang lebih dari penghasilannya adalah harta haram (ghull) yang akan dibawanya pada Hari Kiamat. (HR Abu Dawud). Di antara pengkhiatanan penguasa adalah jika ia menyerahkan jabatan kepada orang yang tidak layak. Biasanya ini karena unsur nepotisme. Jabatan adalah amanah dan harus diserahkan kepada yang layak memegangnya. Rasulullah saw. bersabda:

»ْﺮِﻈَﺘْﻧﺎَﻓ ُﺔَﻧﺎَﻣَﻷْﺍ ْﺖَﻌِّﻴُﺿ ﺍَﺫِﺈَﻓ َﻝﺎَﻗ ﺎَﻬُﺘَﻋﺎَﺿِﺇ َﻒْﻴَﻛ َﻝﺎَﻗ َﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ ِﻪِﻠْﻫَﺃ ِﺮْﻴَﻏ ﻰَﻟِﺇ ُﺮْﻣَﻷْﺍ َﺪِّﺳُﻭ ﺍَﺫِﺇ َﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ ْﺮِﻈَﺘْﻧﺎَﻓ«
“Apabila amanah telah dilalaikan maka tunggulah saat kehancuran. Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, bagaimana dilalaikannya?” Beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang tidak layak maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR al-Bukhari dan Ahmad). Pemimpin dengan karakter-karakter di atas adalah pemimpin zalim, termasuk makhluk yang paling dibenci dihadapan Allah. Rasulullah saw. bersabda:
»ﻝِﺩﺎَﻋ ﻡﺎَﻣِﺇ ِﻪﻠﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﻖْﻠَﺨْﻟﺍ ُّﺐَﺣَﺃ ﺮِﺋﺎَﺟ ﻡﺎَﻣِﺇ ْﻢُﻬُﻀَﻐْﺑَﺃ َﻭ«
Makhluk yang paling dicintai Alah adalah pemimpin yang adil dan yang paling dibenci-Nya adalah pemimpin yang zalim. (HR Ahmad). Oleh karena itu, siapa saja yang sedang atau akan memegang suatu jabatan rendah maupun tinggi, hendaklah mengupayakan diri sekuat kemampuan untuk menjadi orang yang adil. Pemimpin adil tidak akan bisa diwujudkan kecuali dengan menerapkan Islam secara total, karena keadilan hanya ada dalam Islam. Bagi kita rakyat kebanyakan, tentu yang diharapkan selalu adalah para pemimpin yang mencintai dan mendoakan kita, yang selalu menasihati dan bersikap adil kepada kita. Namun, pemimpin adil ini menuntut peran serta rakyat secara keseluruhan untuk mewujudkannya. Rakyat hendaklah selalu menjalankan kewajiban untuk melakukan amar makruf nahi munkar terhadap pemimpin yang menyimpang sekecil apapun. Dengan aktivitas inilah siksa tidak akan ditimpakan oleh Allah secara umum kepada mereka.
Hendaklah kita, rakyat kebanyakan, selalu mendorong pemimpin untuk mengikuti dan menerapkan Islam secara keseluruhan. Sebab, tidak akan terwujud pemimpin yang adil, bahkan tidak mungkin terwujud keadilan, kecuali dengan mengikuti dan menerapkan Islam secara keseluruhan. Sistem-sistem selain Islam yang diterapkan saat ini telah terbukti gagal dalam mewujudkan pemimpin yang adil dan melahirkan keadilan. Sistem selain Islam terbukti banyak menghasilkan pemimpin  yang zalim dan mengabaikan kepentingan rakyat. Akhirul kalam, marilah kita berdoa sebagaimana Rasulullah saw. pernah berdoa kepada Allah:
»ﻲِﺘَّﻣُﺃ ِﺮْﻣَﺃ ْﻦِﻣ َﻲِﻟَﻭ ْﻦَﻣ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ْﻦَﻣَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﻖُﻘْﺷﺎَﻓ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ َّﻖَﺸَﻓ ﺎﺌْﻴَﺷ َﻖَﻓَﺮَﻓ ﺎﺌْﻴَﺷ ﻲِﺘَّﻣُﺃ ِﺮْﻣَﺃ ْﻦِﻣ َﻲِﻟَﻭ ِﻪِﺑ ْﻖُﻓْﺭﺎَﻓ ْﻢِﻬِﺑ«
Ya Allah, siapa saja yang memegang urusan ummatku dan bersikap memberatkan atau menyulitkan mereka, maka balaslah dengan perlakuan yang sama. Siapa saja yang memegang urusan umatku lalu bersikap lembut kepada mereka, balaslah dengan perlakuan yang sama. (HR Muslim). Wallâh a‘ lam bi ash-shawâb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar